Jumat, 06 Januari 2012

stroke

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Tinjauan Teori
1.      Konsep Dasar Stroke
            Stroke atau penyakit serebrovaskuler mengacu pada setiap gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat batasan atau terhentinya aliran darah melalui suplai arteri otak (Rahmalia, 2006). Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh terhentinya suplai darah kebagian otak ( Smeltzer, 2006). Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif, cepat, berupa defisit neurologis vokal atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer, 2002).
2.      Tipe Stroke
     Stroke terbagi menjadi dua golongan, yaitu :
a.         Stroke Iskemik
6
 
Stroke iskemik secara patofisiologis adalah kematian jaringan otak karena suplai darah yang tidak mencukupi. Hampir 85 persen stroke disebabkan oleh sumbatan bekuan darah, penyempitan sebuah arteri atau beberapa arteri yang mengarah ke otak  atau embolus   ( kotoran) yang terlepas dari jantung atau arteri ekstrakrani (arteri yang berada di luar tengkorak) yang menyebabkan sumbatan di satu atau beberapa arteri intrakrani ( arteri yang ada di dalam tengkorak) (Feigin, 2009). Penyebab utamanya adalah aterosklerosis pembuluh darah dileher dan kepala. Aterosklerosis adalah penumpukan timbunan lemak dan kolesterol di pembuluh darah. Timbunan itu makin lama makin menumpuk dan menghambat aliran darah. Akibatnya darah yang berasal dari jantung dan paru-paru tidak bisa memasuki otak. Sehingga  darah yang membawa oksigen dan zat-zat makanan lain yang dibutuhkan sel-sel otak tidak sampai Sel-sel otak sehingga sel-sel otak  lama-kelamaan kekurangan makanan dan mati ( Sutrisno, 2007).
b.        Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik disebabkan oleh perdarahan kedalam jaringan otak atau kedalam ruang subaraknoid yaitu ruangan sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak (Feigin, 2009).  Ini bisa terjadi karena tekanan darah ke otak tiba-tiba meninggi, sehingga menekan pembuluh darah. Pembuluh darah yang tersumbat tidak lagi dapat menahan tekanan itu. Darah akan mengenangi otak. Darah yang membawa oksigen dan nutrisi tidak sampai ketarget organ atau sel otak. Padahal semestinya darah itu harus mengalir kesel-sel otak. Akibatnya sebagian otak tidak mendapat suplai makanan. Biasanya perdarahan otak terjadi di basal ganglia, serebelum, brainstem (batang otak), dan korteks (selaput otak) (Price, 2006). Tekanan yang kuat membuat kebocoran juga merusak sel-sel otak disekelilingnya. Bila tekanan sangat tinggi, pasien bisa koma atau meninggal dunia. Pecahnya pembuluh darah juga bisa terjadi dikarenakan dinding pembuluh darah yang lemah, sehingga mudah robek, seperti yang terjadi pada aneurisma (Sutrisno, 2007).


3.      Penyebab
            Stroke biasanya disebabkan dari salah satu dari empat kejadian:
a.    Trombosis ( bekuan darah didalam pembuluh darah otak atau leher)
b.    Embolisme serebral ( bekuan darah atau material lain yang dibawa
keotak dari bagian tubuh yang lain).
c.    Iskemia ( penurunan aliran darah keotak)
d.  Hemoragi serebral ( pecahnya pembuluh darah serebral dengan  perdarahan didalam jaringan otak atau ruang sekitar otak
        (Smeltzer, 2006).
4.       Faktor Resiko Stroke
    a.   Faktor resiko yang tidak dapat dirubah yaitu:
1)      Usia
2)      Jenis kelamin
3)      Ras dan etnik
4)      Keturunan atau riwayat stroke dalam keluarga
b. Faktor resiko yang dapat dirubah yaitu:
1)      Hipertensi
2)      Diabetes melitus
3)      Merokok
4)      Penyalah gunaan alkohol dan obat
5)      Kontrasepsi oral
6)      Cedera kepala dan leher
7)      Infeksi                                                                  
( Sustrani, dkk,2004).
5.      Tanda Dan Gejala
            Gejala neurologis yang timbul tergantung pada berat gangguan pembuluh darah dan lokasinya. Tanda dan gejala stroke dapat berupa :
a.       Kelumpuhan wajah atau anggota badan ( biasanya hemiparasis) yang timbul mendadak.
b.      Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan ( gangguan hemisensorik).
c.       Perubahan mendadak status mental ( konfusi, delirium, latergi, stupor atau koma).
d.      Afasia ( bicara tidak lancar, kurangnya ucapan atau kesulitan memahami ucapan ).
e.       Disatria ( bicara pelo atau cedal).
f.       Gangguan penglihatan ( hemianopia atau monokuler) atau diplopia.
g.      Ataksia ( trunkal atau anggota badan ).
h.      Vertigo, mual dan muntah atau nyeri kepala.
(Mansjoer, 2002).
6.       Pencegahan Stroke Berulang
          Pencegahan stroke berulang adalah pencegahan bagi mereka yang pernah stroke atau setidak tidaknya pernah mengalami TIA ( Transient Ischemic Attack). Cara ini dapat dilakukan melalui beberapa langkah:
a.    Mengontrol faktor resiko
Faktor ini dapat dikontrol dengan cara berhenti merokok, hindari konsumsi alkohol, menghindari kegemukan, dan periksa kesehatan secara rutin ( tekanan darah, diabetes, jantung, dan kolesterol).
b.    Mengubah pola dan gaya hidup
Dapat dilakukan dengan pola makan yamg baik dan sehat ( seimbang antara kebutuhan dan pengeluaran), melakukan aktifitas fisik yang dapat membakar kalori, sikap hidup yang rileks dan cukup istirahat. Selain menyehatkan, aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan darah, mengendalikan berat badan, meningkatkan daya tahan tubuh dan menguatkan otot tulang.
c.    Mengikuti kegiatan senam stroke
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan bergabung pada klub stroke yang terdekat, rekreasi bersama, diskusi saling bertukar pengalaman sesama penderita stroke dan mendengarkan ceramah ilmiah untuk menambah pengetahuan tentang stroke.
d.   Melibatkan peran serta keluarga
Keluarga harus memahami atau menyadari perubahan yang terjadi terhadap anggota keluarga yang terkena stroke, termasuk perubahan kemampuan produksi, emosi dan harga diri.
e.    Mengurangi stres
Berikut beberapa tindakan yang dapat mengurangi stres.
1)           Pernapasan dalam.
Berbaring terlentang, kemudian letakkan sesuatu diatas perut. Tarik napas dalam   dalam sambil memperhatikan benda tadi bergerak naik. Usahakan sejauh atau setinggi mungkin dapat dicapai, kemudian hembuskan pelan-pelan sambil membiarkan benda tadi turun perlahan lahan.


2)          Mengkonsumsi pisang.
Pisang mengandung potesium yang berfungsi meningkatkan keteraturan denyut jantung, menurunkan tekanan darah dan mengaktifkan kontraksi otot.
3)         Melakukan kegiatan yang menghibur, seperti berkebun, memelihara ikan hias dan memancing.
4)          Berjalan cepat, selama 25 -30 menit dapat menghasilkan  endorfin untuk mengurangi kecemasan.
5)          Biasakan mempunyai teman dekat yang dapat diajak tukar pendapat dan melampiaskan emosi, baik gembira ( Eporia ) ataupun sedih sampai menangis. Jadi, tertawa dan menangis baik untuk mengurangi stres.
6)          Usahakan untuk menguap dan bersin sebebas bebasnya.
7)          Menyanyi untuk memperbaiki pernapasan.
8)          Usahakan untuk melakukan yoga, menepi dan bersemedi.
                                                                                                (Soeparman, 2004).
f.       Perawatan pasien stroke di rumah
Stroke memang suatu penyakit yang membawa kecacatan paling besar dan seringkali pasien pulang masih dalam keadaan belum pulih benar hanya telah melewati fase akut, sehingga perawatan yang baik di rumah tidak kalah pentingnya dengan perawatan yang mahal di rumah sakit dalam pemulihan penderita stroke. Keluarga pasien sering mengira meminum obat yang diresepkan oleh dokter sudah cukup menyelesaikan masalah dan melupakan bagian-bagian penting dalam pemulihan stroke seperti fisioterapi, nutrisi, dan kesehatan jiwa penderita stroke atau mungkin juga sang dokter karena sibuknya lupa menekankan hal ini saat pasien pulang dari rumah sakit. Fisioterapi mutlak dilakukan secara rutin baik oleh fisoterapis maupun keluarga dirumah sesering mungkin yang masih bisa ditoleransi oleh penderita dengan penuh kesabaran dan jangan lupa kasih sayang, memang waktu yang diperlukan cukup panjang dengan hasil yang sangat lambat namun banyak keluarga pasien yang sabar dengan prosedur ini mendapatkan level fungsional yang cukup baik (Feigin, 2004).
Beberapa pasien stroke terkadang mengalami kesulitan menelan dan keluarga menganggap pasien tidak mau makan dan membiarkannya sehingga pasien jatuh dalam kondisi gizi buruk bahkan dehiderasi yang dapat mengganggu pemulihan, pasien - pasien ini dapat dibantu dengan sonde di rumah sambil dilatih untuk dapat menelan dan seringkali hal ini berhasil. Penderita stroke yang tidak mau makan atau tidak cukup makannya adalah masalah serius. Pemasangan sonde sering dianggap kejam oleh anggota keluarga namun sesungguhnya sangat menolong.
Penderita stroke karena disabilitasnya sering jatuh dalam depresi, pendampingan dan dukungan keluarga serta semangat dari keluarga akan sangat menolong pemulihan. Beberapa penderita begitu depresif sehingga mencoba menelantarkan diri dengan menolak apapun yang diberikan kepadanya baik itu obat, makanan atau latihan, pada yang demikian mungkin perlu bantuan seorang psikiater disamping dokter ahli saraf. Segera setelah pasien bisa duduk stabil dikursi roda, ajaklah berjalan-jalan, ke-mal, bertamu kerumah keluarga, melihat cucu dan aktivitas-aktivitas luar ringan lainnya, sangat membantu pemulihan
dibanding hanya membiarkannya terbaring dikasur sempit dan merasa terabaikan (Sutrino, 2007). Singkatnya, kembalikan kehidupan pasien pasca stroke pada level senormal mungkin sebelum pasien sakit dengan penuh kesabaran, ketekunan dan kasih sayang dan selalu dekat dan komunikatif dengan dokter yang merawat agar tercapai hasil yang maksimal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar